Mendidik Santri Melalui Kehidupan Sosial Masyarakat
Kehidupan santri di banyak pesantren di Indonesia sering diidentikkan dengan kehidupan tertutup dari dunia luar. Sebuah terobosan dilakukan Pondok Pesantren MBS di Yogyakarta untuk menghapus kesan itu melalui program Amal Bakti Santri (ABAS).
YOGYAKARTA—
Kehidupan di dalam pesantren penuh dengan pembatasan. Santri hidup dalam siklus yang terjadwal dan tidak leluasa bergaul dengan masyarakat luar. Dalam berbagai kasus, pola semacam ini membentuk karakter santri, yang canggung bergaul. Jika paham radikal menyusup pada situasi semacam ini, santri akan mudah terpengaruh karena kehidupan sosialnya yang kurang baik.
Untuk menghindari kondisi semacam itu, Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) di Yogyakarta membuat terobosan. Sekitar 1.400 santrinya diajak untuk hidup di tengah masyarakat pedesaan selama lima hari. Setiap santri tinggal bersama satu keluarga, dan wajib hidup seperti anggota keluarga barunya. Mereka yang tinggal di rumah petani, harus membantu pekerjaan di sawah.
Begitupun dengan santri yang hidup bersama pedagang makanan keliling atau peternak sapi. Menurut ustadz Agus Yudha Perwira yang memimpin kegiatan ini, proses terlibat langsung dengan masyarakat akan membuat santri memahami bagaimana kehidupan sosial yang sebenarnya.
0 thoughts on “ABAS 7 Was Published on VOA Indonesia”