F PR IPM MBS Putra Yogyakarta: Geliat Perpustakaan Baitul Hikmah
Khazanah
Search

Geliat Perpustakaan Baitul Hikmah

Di tilik dari sejarahnya, perpustakaan Baitul Hikmah banyak melewati perubahan-perubahan besar dari awal didirikannya. Dimulai dari penamaannya dari generasi I pegawai perpustakaan , yang terinspirasi dari perpustakaan Baitul Hikmah, Al Azhar Cairo Mesir, perpustakaan Baitul Hikmah berada pada tingkat terendahnya. Setelah mendapat restu dari direktur periode lalu, Muhammad Nashirul Ahsan perpustakaan Baitul Hikmah dan diberi ruang sebesar 6mx4m. Itupun dibagi 2 dengan ruangan sarana dan prasarana IPM. Jadi kira-kira hanya mendapat bagian 3m x 4m atau cuma 12m2. Kurang layak jika dibandingkan jumlah santri yang saat itu sudah mencapai 500-an santri.

kartu perpustakaan dari masa ke masa (tengah-kanan-kiri)
Usaha demi usaha terus dilakukan oleh generasi 2 Agung dkk, dan apresiasinya, perpustakaan mendapat rak buku selebar 2m dan tinggi 1,8m . Tak mau terus bergantung, Agung dkk mengupayakn untuk memperbaiki lemari handmade santri dari angkatan ke -3. Buku-bukunya juga bertambah banyak menjadi sekitar 300-an buku. Sebuah upaya yang patut dibanggakan. Agung dkk juga menjadipelopor pelabelan dan pengklasifikasian buku-buku perpustakaan. Tidak mau menyurutkan langkah, kartu perpustakaanpun dibuat. bermodal kertas asturo, printer, dan gunting, Agung dkk mulai memproduksi dan mendistribusikan kartu perpustakaan tersebut dengan harga yang sangat murah yaitu Rp1.000,00. Jadwal bukapun lebih teratur dari yang awalnya tidak terjadwal alias buka jika ada yang menganggur, menjadi buka tiap malam, meskipun frekuensi tutupnya cukup banyak. Di akhir masa jabatannya, turun bantuan dari pusat berupa gelontoran dana yang lumayan mencukupi. Perbaikan buku dan pembuatan kartu baru yang lebih layakpun dilaksanakan. Hingga akhirnya, pada penghujung masa jabatan, Agung dkk meninggalkan perpustkaan dalam kondisi yang cukup terstruktur.

Periode ke-3 Baitul Hikmahpun dimulai. dengan semangat baru, IPM bagian PIP generasi ke -5 mulai melanjutkan semangat Agung dkk. Minggu-minggu pertama, masa adaptasi, punggawa PIP melanjutkan kondisi seperti periode lalu. Karena dirasa kurang memuaskan, Izzul dkk memutuskan untuk mengganti sistem pelabelan dan pengklasifikasian dari yang terkesan tidak memiliki dasar menjadi sistem DDC ( Dewey Decimal Classification) suatu sistem pengklasifikasian yang paling masyhur di dunia kepustakaan. Tidak menunggu lama Izzul dkk segera menuntut bantuan dari pusat. Setelah berjuang cukup lama, akhirnya turun lagi bantuan berupa rak selebar 2m, dan setinggi 1,8m itupun dalam kondisi bekas dan kurang layak pakai. Setelah melakukan banyak perubahan dan perbaikan, lemari itu menjadi kuat dan fungsional.

Banyak perubahan yang dilakukan pada awal periode ke-3 ini, mulai dari pelebaran lahan, pengkodean buku, perapian administrasi, perubahan dekorasi, perbaikan sistem dan jadwal masuk, serta masih banyak lagi.Meski begitu buuh waktu yang cukup lama untuk merehab itu semua. Hingga akhirnya dengan semua pembaruan ini, Izzul dkk, melewati semester 1 dengan banyak pujian dan ucapan teimakasih.
angket perpustakaan

Tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa kejelekan selalu lebih terlihat daripada kejelekan. Karena mulai terdengar desas-desus yang tidak mengenakkan, Izzul dkk segera gerak cepat menyelesaikan masalah tersebut. Angketpun disebar dan menghasilkan beberapa poin yang akan dieksekusi oleh Izzul dkk. Hingga saat ini perubahan-perubahan terus dilakukan demi kemajuan perpustakaan Baitul Hikmah. Meneladani nenek moyangnya pada zaman dinasti Abbasiyah dahulu.






Buku-buku 'new arrival'



nanomag

PR IPM MBS Putra Yogyakarta adalah salah satu Pimpinan Ranting dari salah satu organisasi otonom dari Muhammadiyah yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah. PR IPM MBS Putra Yogyakarta berperan aktif dalam mengatur aktivitas santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Putra Yogyakarta


0 thoughts on “Geliat Perpustakaan Baitul Hikmah